Saturday, July 18, 2009

The Lord of The Ring Trilogy

E-BOOK 1 : The Fellowship of The Ring (Sembilan Pembawa Cincin)

Cukilan :

Mendadak Aragorn melompat berdiri. "Raungan angin itu!" teriaknya. "Itu suara raungan serigala. Warg sudah datang ke sebelah barat Pegunungan!"
"Apa kita perlu menunggu sampai pagi, kalau begitu?" kata Gandalf. "Seperti telah kukatakan. Perburuan sudah dimulai! Meski kita hidup untuk menyaksikan fajar, siapa sekarang mau berjalan ke selatan dengan serigala mengejar?"
"Berapa jauhkah Moria?" tanya Boromir.
"Ada pintu di sebelah barat daya Caradhras, sekitar lima belas mil ukuran terbang gagak, dan mungkin dua puluh mil untuk lad serigala," Jawab Gandalf muram.
"Kalau begitu, mari kita berangkat begitu hari terang besok, kalau bisa," kata Boromir. "Suara serigala lebih mengerikan daripada Orc yang ditakuti."
"Benar!" kata Aragorn, mengendurkan pedangnya di dalam sarungnya. "Tapi di mana warg melolong, di sana pula Orc berkeliaran."
"Aku menyesal tidak mengikuti saran Elrond," gerutu Pippin pada Sam. "Bagaimanapun, aku tidak bermanfaat sama sekali. Tidak cukup banyak darah Bandobras the Bullroarer di dalam diriku: lolongan ini membekukan darahku. Belum pernah aku merasa sesial ini."
"Hatiku juga sudah turun ke jari kaki, Mr. Pippin," kata Sam, "Tapi kita belum dimakan, dan ada orang-orang gagah berani bersama kita. Apa pun nasib Gandalf, aku bertaruh pasti bukan di dalam perut serigala."

Untuk pertahanan mereka di malam hari, Rombongan itu mendaki puncak bukit kecil tempat tadi mereka berlindung. Puncak bukit itu bermahkotakan jalinan pohon-pohon tua yang saling melilit, dan di sekitarnya terdapat sebuah lingkaran yang tidak utuh, dari batu-batu besar. Di tengahnya mereka menyalakan api, karena tak ada harapan bahwa kegelapan dan kesunyian akan menyembunyikan jejak mereka dari kawanan pemburu.
Di sekeliling api mereka duduk, dan mereka yang tidak berjaga, tertidur dengan gelisah. Bill si kuda malang gemetaran dan berkeringat di tempatnya berdiri. Lolongan serigala sekarang ada di sekeliling mereka, kadang-kadang dekat dan kadang-kadang agak jauh. Di malam pekat, banyak mata bersinar mengintai dari atas pundak bukit. Beberapa malah mendekat hampir sampai lingkaran batu. Di celah lingkaran, sesosok besar serigala terlihat berhenti, menatap mereka. Lolongan menggetarkan keluar dari mulutnya, seolah ia kapten yang memanggil kelompoknya untuk menyerang.
Gandalf berdiri dan melangkah ke depan, memegang tinggi tongkatnya. "Dengar, Anjing Sauron!" teriaknya. "Gandalf ada di sini. Pergi cepat, kalau kau menghargai kulitmu yang busuk! Akan kukerutkan kau dari ekor sampai moncong, kalau kau masuk ke lingkaran ini."
Serigala itu menggeram dan melompat ke arah Gandalf dengan satu lompatan besar. Saat itu terdengar bunyi desing tajam. Legolas melontarkan anak panahnya. Ada teriakan menyeramkan, dan sosok yang melompat jatuh ke tanah; anak panah Peri sudah menghunjam lehernya. Mata-mata yang mengawasi mendadak padam: Gandalf dan Aragorn melangkah maju, tapi bukit itu sudah kosong; kawanan serigala pemburu sudah lari. Di sekitar mereka kegelapan semakin sunyi, dan tak ada teriakan yang diterbangkan angin.

Malam sudah larut; di sebelah barat, bulan yang memudar sudah mulai tenggelam, bersinar gelisah dari antara awan-awan yang memecah.
Tiba-tiba Frodo terbangun kaget. Tanpa peringatan, badai raungan ganas dan liar berkecamuk di sekitar seluruh perkemahan. Sepasukan besar warg sudah berkumpul diam-diam, dan sekarang menyerang mereka dari semua sisi sekaligus.
"Tambahkan kayu ke api!" teriak Gandalf kepada para hobbit. °'Hunus pisau kalian, dan berdiri saling memunggungi!"
Dalam cahaya yang membesar, ketika kayu segar berkobar, Frodo melihat banyak sekali sosok kelabu melompati lingkaran batu. Lebih banyak dan lebih banyak lagi menyusul. Aragorn menusukkan pedangnya ke leher salah satu pemimpin yang besar; dengan ayunan lebar, Boromir menebas tenggorokan yang lainnya. Di sampingnya Gimli berdiri dengan kakinya yang kekar terbuka lebar, mengayunkan kapaknya. Busur Legolas sibuk bernyanyi.
Dalam cahaya api yang bergetar, Gandalf seolah tumbuh membesar: ia bangkit berdiri, sosoknya besar mengancam, seperti monumen seorang raja kuno dari batu yang ditempatkan,di atas bukit. Membungkuk seperti awan, ia memungut sebatang ranting menyala dan maju mendekati serigala-serigala. Mereka mundur di depannya. Tinggi di udara Gandalf melambungkan ranting yang menyala itu. Ranting itu berkobar dengan cahaya putih mendadak, seperti petir; suaranya menggeram seperti guruh.
"Naur an edraith ammen! Naur dan i ngaurhoth!" teriaknya.
Ada deruman dan keriutan, dan pohon di atas Gandalf mencetuskan nyala api membutakan. Api itu melompat dari puncak pohon ke puncak pohon. Seluruh bukit dimahkotai cahaya menyilaukan. Pedang-pedang dan pisau-pisau para pengembara itu berkilauan dan berkelip. Anak panah Legolas yang terakhir terbang bercahaya di udara, dan menghunjam menyala ke dalam jantung seekor pemimpin serigala besar. Serigala-serigala yang lain lari.

E-Book volume : 1 (satu)
Title : The fellowship of the ring (sembilan pembawa cincin)
Rilis : 2001
Penerbit : radical Collections
Type : pdf
Size : 1982

Donwload here
Books

Seja o primeiro a comentar

Post a Comment

free counters

Followers

About Me

My photo
A Network engineer, veteran mountaineer, hiking enthusiast
Powered By Blogger

Software and Download ©Template Blogger Green by Aryudha.

TOPO