Gunung Merbabu Via Selo Jalur Basecamp Pak Parman
|
Gunung Merapi dari Gunung Merbabu |
Halo kawan-kawan, bagaimana kabarnya ? semoga diliputi kesehatan dan keberuntungan ya ! aamiin. Kali ini saya ingin sedikit berbagi tentang liburan saya dan keluarga di gunung merbabu. Tidak ada yang istimewa dari pengalaman yang saya share kali ini, karena kawan-kawan tahu belasan kali saya sudah naik merbabu via selo, lagi pula saya hiking ke merbabu ini sudah cukup lama (juni 2017) dan baru sempat posting sekarang ⌣ . Ya sekitar bulan juli tahun 2017 kami hiking untuk mengisi liburan. Kebetulan hari minggu, hari dimana kebanyakan pendaki konvensional turun gunung pada saat itu. Hiking kali ini selain istri dan anak perempuan saya (1 tahun 23 hari), saya juga ditemani adik perempuan saya yang masih duduk dibangku kuliah. Dan pada cerita kali ini saya menggunakan penamaan lokasi dan posisi sesuai dengan ingatan saya sejak belasan tahun lalu, bukan dari peta, karena kita tahu beberapa persepsi penamaan lokasi menjadi berbeda sejak tahun 2014 antara para veteran dan pendaki muda, jadi so enjoy aja ya !
|
Persiapan di basecamp paling bawah, Mikha |
Perjalanan kami mulai di hari minggu siang tepat pukul 11.00 wib dari rumah kami. Kurang lebih 45 menit berkendara dengan motor sampai ke sekitar gerbang merbabu via jalur lama. Rencananya langsung menuju ke basecamp mas parman/pak parman, tetapi karena motor kami tidak kuat lagi untuk menanjak akhirnya kami putuskan untuk menitipkannya di basecamp paling bawah disamping gerbang utama. Disitu kami istirahat sebentar dan mempersiapkan hal yang diperlukan, terutama baby carrier yang akan digunakan untuk menggendong sikecil (Mikha) yang saat itu beratnya sudah sekitar 9 kg. Pukul 12.00 wib kami start pendakian, cukup jauh dari pintu gerbang retribusi sehingga cukup untuk sebagai pemanasan. Kami membayar untuk 3 orang untuk retribusi, karena si Mikha belum dikenakan tarif, kebetulan saat itu juga ada beberapa anak muda yang sedang liburan sekolah sedang regristrasi, sedikit ngobrol dan bertanya tahulah saya mereka dari Kota Bekasi.
Start beriringan kami berempat akhirnya menjauh dari rombongan anak muda tersebut, karena mungkin kami sudah terbiasa dengan jalur ini jadi terasa tidak begitu berat. Pemandangan hutan yang masih didominasi vegetasi pohon berbatang besar kami lalui dengan santai, hingga sampailah di pos bayangan dan kami putuskan beristirahat ± 5 menit untuk mengatur napas. Tidak lama kami melanjutkan perjalanan hingga melewati Pos 1 tanpa istirahat karena kami memutuskan untuk mengatur waktu agar bisa sampai di Pos 2 untuk sholat Dzuhur (belum sholat tadi), dan benar setelah melewati tikungan macan pukul 14.10 wib kami sampai di Pos 2, suasana ramai karena ada beberapa rombongan mahasiswa UNS turun diklat sedang meneriakkan yel-yel. Setelah sholat, sikecil dan istri saya memutuskan untuk tidur siang sebentar karena sikecil mulai rewel (mengantuk), disini kami juga sudah berpengalaman untuk mengatur dan melihat kondisi anak saya dari pendakian-pendakian sebelumnya (gunung yang ke-4 untuk Mikha). Setengah jam berlalu kami lanjutkan perjalanan hingga Pos 3 batu tulis dan disitu sikecil terbangun. Sedikit beristirahat kembali untuk membuat susu formula untuk sikecil.
|
Keceriaan kami |
|
Adik saya menuju pos bayangan |
|
Bolehlah bergaya ☺ |
|
Mengatur nafas dulu |
|
Sempat tidur sebentar di Pos II |
Tidak lama kemudian kami lanjutkan perjalanan, tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dengan suhu 23°C dengan kecepatan angin 989.9 hpa tepat saat kami sampai di Pos 4 atau Sabana 1, suasana sepi tidak ada tenda sama sekali, terasa seperti di gunung sendiri. Sholat ashar dan sedikit makan camilan kami habiskan waktu istirahat sambil bermain-main dengan sikecil. Tidak berselang waktu lama saya mengajak untuk melanjutkan perjalanan, tapi istri dan adik saya tidak setuju, sempat terjadi perdebatan antara kami, tetapi karena saya kalah jumlah akhirnya saya setuju untuk tidak melanjutkan dan mendirikan tenda di atas bukit pertama ditepian jurang utara sabana 1, dan benar tidak berapa lama sayup-sayup terdengar suara adzan berkumandang dengan lembut, hal itu yang saya hindari untuk tidak melanjutkan atau paling tidak istirahat jika waktu menjelang magrib. Disitu kami bermalam dengan asik karena kondisi sudah nyaman dan tidak ada "tetangga" hehe.
|
Asiknya bermain di Sabana I selepas sholat ashar |
|
Sudah sholat Isya' kenyang kemudian istirahat |
|
Selfie dulu |
Pagi menjelang setelah selesai sholat subuh kami sambut mentari pagi indah bersama, dan ternyata sudah ada 3 tenda tetangga dibawah. Kesan pertama yang mereka komentari adalah sikecil karena terlihat begitu ceria bermain. Sambil gosok gigi, sarapan dan mempersiapkan bekal untuk summit kami berdoa agar tidak terlalu siang sampai di puncak sehingga turun dibasecamp sebelum magrib.
|
Pengen jalan sendiri |
|
Golden Sunrise |
|
Pagi cerah bersama |
Kami mulai mendaki menuju sabana II dengan santai dan masih sedikit hayup-hayuben (bhs. jawa dari mengantuk). Sesampai di sabana II kami juga hanya melihat 2 buah tenda yang penghuninya juga terdengar masih pulas (suara dengkuran syahdu melantun). Beberapa kali ambil foto dan selfie kemudian akhirnya kami melanjutkan perjalanan ke pos watu lumpang sambil bernyanyi untuk sikecil. Ditengah perjalanan kami bertemu kembali dengan rombongan pemuda dari bekasi yang sedang beristirahat, ternyata mereka mendirikan tenda di pos 3 batu tulis. Kami jalan beriringan hingga mereka menyalip tepat di pos watu lumpang dan menjadi berjarak beberapa puluh meter dari kami. Di pos watu lumpang kami istirahat sejenak kemudian melanjutkan hingga dapat menyusul tepat dibelakang rombongan anak muda dari bekasi untuk menuju puncak pertama kenteng songo. Para pemuda bekasi akhirnya mempersilahkan kami duluan dengan upah mereka minta foto bersama sikecil, akhirnya kami setuju dan beberapa mengambil foto. Kemudian sampailah kami di Puncak kenteng songo, tidak ada rasa lelah, yang hanya adalah kelegaan karena itu adalah puncak tertinggi sementara untuk sikecil mikha.
|
Langit cerah diatas Sabana I |
Dipuncak kenteng songo kami mengambil beberapa foto, melamun dan bernostalgia waktu pertama menikah (saya dan istri). Menjadi artis dadakan buat sikecil untuk dipinjam berfoto haha, tetapi sudahlah itu juga suatu hiburan buat dia karena tersirat dari raut wajahnya yang senyum-senyum terus. Setelah dirasa cukup akhirnya kami memutuskan untuk turun dan berpamitan dengan kawan-kawan dari bekasi tersebut untuk duluan, tidak lama akhirnya kami sampai kembali di tenda kami. Sekarang baru terasa lelah karena cuaca begitu panas, dan sikecil mulai kegerahan karena panas sehingga membuat dia rewel, dan kami putuskan untuk istirahat sambil packing kembali untuk turun. Setelah makan siang kami putuskan untuk start turun ke basecamp. Cukup mudah dan santai karena beberapa beban sudah jauh berkurang, yang ada adalah sisa-sisa tenaga. Tidak berapa lama karena cukup cepat kami menuruni jalur turun sampailah kami di pos 3 batu tulis dan bertemu beberapa mahasiswa dari ITB yang beberapa diantaranya terlihat kepayahan saat mendaki jalur ini. Saya berteriak "Mas ambil jalur sebelah kanan, jangan kekiri karena diatas ada batu besar yang menghalangi", dia menjawab "iya bang terimakasih banyak", kemudian tidak beberapa lama akhirnya rombongannya yang lain menyusul dari belakang.
|
Patok Sabana II |
|
2 buah tenda dan 1 flysheet |
|
Puncak kenteng songo |
Tak terasa akhirnya kami melanjutkan perjalanan turun dengan rasa kawatir karena langit terlihat mendung, saya berdoa agar tidak terjadi hujan. Kekhawatiran kami semakin menjadi ketika kabut dan gerimis mulai menyelimuti kami saat menuruni pos 2 ke pos 1. Kami terus mengebut agar tidak diburu hujan dan waktu petang. Tepat dipos 1 kami memutuskan untuk istirahat sebentar membuat makan siang dan susu untuk sikecil, disitu kami bertemu beberapa kawan pendaki dari bogor yang naik via kopen dan turun via selo untuk marathon ke merapi berikutnya, hal ini mengingatkan saya saat saya diklat pecinta alam pada tahun 2002. Kami berkenalan dan turun bersamaan, akhirnya sayup-sayup kami mendengar suara riuh dan benar saja tepat dihari memasuki gelap kami sudah sampai di pos regristrasi. Akhirnya kami berhasil menjadi tim kembali.
Saya pikir sudah cukup panjang pengamalan yang saya share kali ini, next mungkin saya akan mengulas Puncak Merapi via Sapuangin (jalur lama yang baru saja secara resmi diresmikan oleh BPBD dibulan Juli 2017) jalur nostalgia saya saat turun marathon merapi. Sekian ceritanya ya kawan-kawan, kurang lebih mohon maaf ya !
Gremet Adventure
Other
Seja o primeiro a comentar
Post a Comment